Liputan6.com, Jakarta Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki ingin menyulap kawasan Dolly, Kecamatan Putat Jaya, Surabaya menerapkan konsep kota masa depan (future cities). Ini jadi upaya memperbaiki citra gang Dolly yang dulunya sarat akan wilayah prostitusi menjadi kawasan produktif yang memanfaatkan UMKM.
Menkop Teten mengatakan, upaya itu turut mendapat dukungan dari Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia. Bahkan, salah satu bentuk dukungannya tertuang dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat di kawasan tersebut. Termasuk kolaborasinya dengan SMESCO dalam proyek Future Cities.
Baca Juga
"Sinergi dan kolaborasi program kota masa depan ini sebagai titik awal dalam mewujudkan perkembangan untuk para pelaku UMKM. Program ini sangat ambisius karena mampu mengubah kawasan prostitusi ke industri yang produktif," kata Menkop Teten dalam kunjungannya bertajuk Mlaku-Mlaku Nang Dolly, Surabaya, dikutip dari keterangan resmi, Rabu (21/6/2023).
Advertisement
Teten menersngkan, kampung Dolly dalam sejarahnya dianggap sebagai pusat kegiatan prostitusi tertinggi di kawasan Asia Tenggara sebelum akhirnya pemerintah melakukan penertiban dan penutupan pada tahun 2014.
Salah satu alasannya karena mempertimbangkan realitas praktik perdagangan manusia, eksploitasi perempuan dan anak di bawah umur, serta kompleksitas penyebaran penyakit menular seksual. Penutupan tersebut juga bertujuan untuk menyelamatkan generasi berikut dengan pencapaian terbaik pendidikan anak-anak setempat.
Namun di sisi lain, dampak perekonomian lokal sempat terkena imbas dari penutupan tersebut karena banyak penduduk lokal yang bergantung pada industri turunan ini sebagai sumber pendapatan utama mereka. Banyak penduduk Putat Jaya sempat kehilangan pekerjaan dan 18 persen di antara mereka masih hidup di bawah garis kemiskinan.
"Terbukti sampai hari ini perubahan itu nyata dirasakan oleh masyarakat Dolly. Dengan cepat mereka beradaptasi menghadirkan produk usaha. Kurang lebih 11 UKM yang telah melahirkan inovasi yang kreatif," ujar Teten.
Â
Pendampingan
Kemudian, agar proyek pengembangan kawasan prostitusi menjadi pusat ekonomi kreatif ini berlanjut, Teten meminta Pemkot Surabaya terus melakukan pendampingan. Sejalan dengan itu, diperlukan juga penyerapan produk-produk hasil kreasi masyarakat Dolly seperti di sektor industri perhotelan dan pariwisata.
"UMKM Dolly juga sudah membentuk koperasi akan terus kami konsolidasikan lewat koperasi scaling up. KemenKopUKM juga punya pembiayaan untuk koperasi, mereka yang bergabung dengan koperasi akan terus dibina dan difasilitasi dari sisi pembiayaan. Produknya dipasarkan lewat serapan program Pemerintah membeli produk dalam negeri sebesar 40 persen," ujarnya.
Ke depan, MenKopUKM berharap, kesuksesan transformasi kawasan prostitusi yang ada di Dolly, menjadi role model bagi transformasi kawasan lainnya yang serupa. Sehingga diharapkan pembangunan ekonomi di daerah terus terjadi.
Â
Advertisement
Kucurkan Rp 9,57 Miliar
Di kesempatan yang sama, Dubes Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan, bantuan yang diberikan Pemerintah Inggris dalam mengembangkan kawasan Dolly menelan anggaran hingga 500 ribu poundsterling atau setara Rp 9,57 miliar.
"Investasi ini penting mendukung Pemkot Surabaya dan saya senang melihat perubahan besar yang terjadi hari ini. Kami berharap, program ini akan terus berlanjut, sebagaimana saya sebut, proyek ini perlu ide baru dalam pengembangan UMKM dan Pemerintah untuk menyelesaikan transformasi yang belum selesai di Dolly," kata Jenkins.
Senada, Walikota Surabaya Eri Cahyadi menuturkan, Pemkot telah melakukan tindak lanjut pengembangan Dolly. Saah satunya dengan membentuk koperasi bagi para UMKM yang terkena dampak akibat penutupan kawasan prostitusi ini sebelumnya.
"Karena mereka (UMKM) ini juga tak bisa berkembang sendiri-sendiri, untuk itu digabungkan ke dalam koperasi agar mudah mengontrol arus pendapatan serta meningkatkan kemampuan SDM UMKM. Kami tak ingin kawasan Dolly ditutup tapi ekonominya juga ditutup," katanya.